Bendungan/waduk WONOREJO berada di sebelah barat kota
Tulungagung.Waduk terbesar di Asia Tenggara dengan debit 15.000 m3 per
detik, berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik, pengairan,
perikanan, olah raga air dan tempat rekreasi, yang dilengkapi dengan
Gazebo, Home stay, Taman, area pemancingan, speed boad penginapan dan
tempat pementasan seni tradisional.
HAMPARAN air bendungan yang tenang dan berwarna biru menyapa siapa
pun yang berkunjung ke Bendungan Wonorejo, 12 kilometer dari Kota
Tulungagung. Suasana sejuk di salah satu bendungan terbesar di Asia
Tenggara itu selaras dengan suasana alam sekitarnya yang serba hijau dan
rindang. Di kanan-kiri jalan terhampar sawah dan deretan pepohonan.
Di beberapa sudut waduk berkapasitas tampung 122 juta meter kubik
itu kerap terlihat pasangan remaja memadu kasih. Sementara di sisi
lainnya, serombongan keluarga yang mengendarai mobil pribadi,
berkeliling di seantero bendungan. Waduk Wonorejo tak pelak lagi
merupakan “primadona” baru di dunia pariwisata Tulungagung. Sarana
pemasok air PDAM Surabaya itu baru diresmikan oleh Wakil Presiden (waktu
itu) Megawati Soe-karnoputri, 21 Juni 2001.
Beberapa petugas pengelola bendungan dari Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Tulungagung menuturkan, pengunjung waduk pada hari Minggu
selalu banyak. Jika tidak ada acara khusus semacam pentas dangdut,
penghasilan dari karcis masuk rata-rata Rp 1 juta. Angka pemasukan itu
bisa melonjak menjadi sekitar Rp 2 juta jika ada pergelaran khusus.
Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Tulungagung Ahmad Pitoyo
menuturkan, perkembangan Waduk Wonorejo sebagai daerah tujuan wisata
baru memang cukup menggembirakan. “Kehadiran Bendungan Wonorejo bisa
menjadi kekuatan pelapis bagi obyek andalan Pantai Popoh,” katanya.
Dari data kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata di Tulungagung
tergambar, angka kunjungan wisatawan ke waduk ini pada tahun 2001
menempati urutan ketiga, di bawah Pantai Indah Popoh dan Pantai Sine.
Yang cukup menggembirakan, meski baru dibuka sebagai kawasan wisata pada
tahun 2001, angka kunjungan selama setahun lalu sudah mencapai 5.340
orang, menembus tiga besar.
PEMBANGUNAN Waduk Wonorejo dimulai tahun 1992. Untuk keperluan
pembangunan itu, sebanyak 995 keluarga telah dipindahkan dari tempat
mereka bermukim. Tercatat pula tujuh orang tewas selama proses
pembangunan.
Total dana yang dikucurkan untuk proyek ini mencapai Rp 22,049
milyar, ditambah 18,71 milyar yen dana bantuan Pemerintah Jepang.
Perusahaan Listrik Negara (PLN), usai pembuatan waduk tuntas, melengkapi
dengan membangun jaringan listrik. Total biaya untuk instalasi listrik
sebesar Rp 10,9 milyar, plus 577 juta yen dari Pemerintah Jepang.
Bendungan ini memiliki sejumlah fungsi penting. Antara lain,
menyediakan air baku untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya
sebanyak delapan meter kubik per detik, mengusahakan pembangkit tenaga
listrik 6,02 megawatt, mengendalikan banjir bagi daerah seluas 1.479
hektar, dan mendukung irigasi pertanian untuk sawah seluas 1.200 hektar.
Manfaat lainnya adalah untuk masyarakat di sekitarnya. Seperti
budidaya perikanan, kawasan sabuk hijau untuk tanaman keras produktif,
serta pariwisata. Untuk perikanan, menurut Pimpinan Proyek Pengembangan
Sungai Brantas Ir Sukistiono Dipl HE, Waduk Wonorejo dapat 200 ton ikan
per tahun.
Berkaitan dengan dibukanya Waduk Wonorejo sebagai kawasan wisata,
setiap pengunjung yang masuk ke kawasan waduk harus membayar Rp 2.000
per orang. Selepas melewati pintu masuk, pengunjung tinggal menempuh
perjalanan sekitar satu kilometer untuk mencapai bendungan.
Sebagai primadona baru, tentu saja penampilan bendungan ini harus
dipertahankan. Ini penting agar tak terjadi penyusutan jumlah pengunjung
pada tahun-tahun mendatang, misalnya akibat perwajahannya yang sudah
“tak seindah warna aslinya”.
Dalam tabel kunjungan wisata Tulungagung dari tahun ke tahun juga
tercatat, jumlah wisatawan sejak tahun 1999 terus menurun. Dari 323.201
orang pada tahun 1999, turun menjadi 292.039 orang pada tahun 2000, dan
anjlok lagi menjadi 270.535 orang pada tahun 2001.
Penurunan itu tergambar dari anjloknya jumlah wisatawan di
obyek-obyek wisata tertentu, seperti di Goa Tritis (dari 1.084 di tahun
2000 menjadi 887 orang pada tahun 2001), Goa Pasir (dari 2.316 menjadi
2.253 orang), dan Can-di Ngampel (dari 541 orang menjadi hanya sembilan
orang).
Pariwisata memang menyangkut soal bagaimana si pengelola kawasan
wisata menyediakan kenyamanan kepada mereka yang datang sehingga
pengunjung dapat betul-betul merasa rileks. Jika suasana rileks itu
telah sirna, wajar pulalah jika makin sedikit wisatawan yang datang.
COPAS: www.plotot-adventure.com